Tri Darmanto

Berpetualang dengan mengunjungi banyak tempat membuat kita belajar banyak hal. Selain menaklukkan gunung dan mencicipi makanannya, saya belajar tentang kebijaks...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pulang untuk Genduk

Pulang untuk Genduk

#tantanganmenulis44

Pulang untuk Genduk

Niat untuk pulang selalu diselimuti keraguan, akankah Surti dan Genduk mau menerimannya? Memaafkan kesalahan yang dahulu sangat menyakitkan mereka. Pemikiran demikian berulang kali berkecamuk. Memenuhi kepalanya. Bagi orang umum, sulit memaafkan jenis kesalahan yang telah dia perbuat. Lain sisi, keinginan untuk pulang dan meminta maaf sangat kuat. Hidupnya selalu dihantui perasaan bersalah. Sebagai laki-laki - suami bagi Surti, bapak bagi Genduk - dia merasa gagal.

"Istighfar, mas! Istighfar!!!" Suara Surti memenuhi kamar kontrakan mereka di Bali. Tangan lemahnya memukul-mukul dada suaminya yang gempal. "Mas, aku sudah berulang kali memaafkanmu. Dengar mas! Berulang kali. Sama bule-bule a sampai z itu, aku sudah memaafkan. Yang lalu biarlah berlalu. Mungkin saat itu mas khilaf. Aku yang sedang menyusui Genduk juga tidak bisa melayani mas. Tapi Mas, jangan tinggalkan kita! Aku dan Genduk butuh kamu!!!" Laki-laki itu tak bergeming. Keputusannya untuk pergi ke Jepang bersama perempuan yang diguideinya selama liburan di Bali membutakan hati. Demi perempuan itu, dia tega meninggalkan Surti dan Genduk.

"Dasar laki-laki tidak berguna! Pulang sana ke desamu!!!" Dia diam mematung. Mau menjawab amarah perempuan itu juga tidak berguna. Perempuan itu berhati keras. Setiap apa yang diucapkannya harus dituruti. Gara-gara dia dua bulan tidak dapat pekerjaan, perempuan itu marah besar. Tidak tahu kenapa dia sulit mendapatkan pekerjaan setelah kerja gemba (buruh bangunan) di proyek terdahulu sudah selesai. Dua bulan dia tidak mendapatkan penghasilan. Biaya hidup keseharian dia dan perempuan itu mulai kesulitan. "Aku bilang pergi ya pergi!!! Pergi!!! Pulang ke desamu sana!!! Aku sudah tidak sudi hidup bersamamu, laki-laki tak berguna!!!"

Tokyo/14 Juli 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bersyukur dengan apa yang telah diberikan. Menjaganya dengan sebaik mungkin. Semoga ada hikmah yang luar biasa di balik semua.

14 Jul
Balas

Aamiin. Terima kasih telah membaca

14 Jul

Benar bu, kita harus banyak bersyukur.

14 Jul

Hidup memang tidak selalu seperti yang diinginkan. Kadang berbalik menyerang diri sendiri. Seperti ide dari pentigraf di atas, dari seseorang yang curhat tentang kehidupan pribadinya. Begitulah hidup. Maka setialah pada pasangan yang telah menerimamu apa adanya

14 Jul
Balas



search

New Post