#tantanganmenulis40

Burung Suzume dan Rin

"Gomen (maaf) sensei (guru), saya telambat," Sungut Rin sambil terengah-engah. Dia pasti habis berlari atau setidaknya berjalan cepat agar kita terlambat masuk sekolah. Pelafalan r nya juga masih tertelan l. Seperti orang Jepang pada umumnya jika melafalkan huruf itu. "Sekali lagi, maaf ya pak!" Rin sambil membungkuk meminta maaf. Keseriusannya membuat Sensei yang baru datang dari Indonesia ini kikuk. Begitu takzimnya murid ini meminta maaf. "Gomen sensei, tadi saya nemu ini," Rin sambil menunjukkan burung Suzume yang tergeletak lemas di telapak tangannya.

"Bagaimana kondisi burung itu hari ini, Rin?" Tanya sensei pada Rin di hari ketiga setelah burung Suzume itu ditemukan. Rin memutuskan merawat sendiri burung Suzume itu. Sebab pihak sekolah tidak bisa melakukannya. Rin sangat kasihan pada burung itu, menurutnya burung juga makhluk Tuhan yang harus dijaga keselamatannya. Melakukan kebaikan pada hewan akan menghasilkan pahala. Demi melihat burung Suzume itu menciap seperti hendak minta tolong, Rin memungutnya. Meski saat itu hujan gerimis dan dia harus segera sampai ke sekolah. "Sudah semakin membaik, Sensei," jawab Rin.

"Suzume, telbanglah! Nikmati kehidupanmu di Rinshi no mori koen (taman Rinshinomori) ini! Calilah olang tuamu! Calilah saudala-saudalamu!" Minggu pagi, Rin melepaskan burung Suzume yang telah pulih itu di tempat ia ditemukan. Rin sangat bersemangat. Apalagi melihat burung Suzume terbang rendah. Melihat ke arahnya. Terbang lagi ke dahan. Melihat ke arah Rin lagi. Seakan burung Suzume enggan berpisah dengan orang yang telah merawatnya hingga sembuh. "Tenang Suzume, aku akan seling ke sini. Menemuimu!!!" Teriak Rin sambil terus melambai.

Tokyo/10 Juli 2020